Selasa, 25 Desember 2012

Persatuan Abadi Umat Islam Indonesia


Persatuan Abadi Ummat Islam Indonesia : Pesan untuk Pemuda Islam
Baru membaca judulnya saja seolah kita akan disuguhi dengan hal hal berat, mengawang dan tempatnya mungkin dilangit sana, sebagian orang menyebutnya sebagai sebuah idealisme, sebagian lain menganggapnya mimpi di siang bolong. Namun saya akan berusaha mendekatkan apa yang mengawang ngawang di langit itu dengan berusaha memberi pijakan yang kuat nan kokoh pada bumi tempat kita tinggal kini, sebut saja dengan realitas. Sekian prolognya terlalu banyak juga akan menjemukan.
Sore itu saya pulang sehabis kuliah dan berkunjung ke perpustakaan kampus, sesampainya di kamar seperti biasa yang pertama kali saya lakukan adalah menyalakna laptop dan menyetel beberapa track musik yang sesuai dengan suasana hati, sambil iseng membuka buka folder yang berisi dokumen yang saya anggap menarik lalu saya baca. Entah kenapa saya tiba tiba menjadi sangat berhasrat membuka dan membaca sebuah dokumen pdf yang baru kemaren saya dapat via email lewat seorang kawan, dokumen itu berjudul “Tafsir Asasi Pelajar Islam Indonesia”. Tangan saya dengan sigap mengeklik dokumen itu dan terbukalah dokumen itu. Sejurus kemudian saya membacanya dengan konstrentasi tinggi dan pemaknaan yang mendalam, saya memperlakukan dokumen atau bacaan itu sebagai sebuah pencapaian komitmen perjuangan pelajar pelajar di tahun 1950an, tepatnya di Kongres PB PII ke 3 di Kediri. Setelah membacanya saya menjadi sangat tercenung, terpekur lebih tepatnya mungkin membayangkan bahwa betapa mendalamnya pemaknaan dan teguhnya komitmen juang yang diretas kemudian didokumentasikan pelajar pelajar Islam kala itu, Tafsir Azasi PII menjelaskan tahap demi tahap pergerakan pelajar Islam terbesar di Indonesia ini, di awali dengan tahap kesadaran, kebangkitan, perluasan, konsolidasi, dan mencipta. Kesadaran menjadi elemen terpenting dalam perjuangan gerakan kepelajaran ini. Di awali dengan kesadaran bahwa pendidikan tafsir kolonialisme telah menelanjangi hakikat pendidikan sesungguhnya yang mengandung nilai nilai moralitas, agama dan pembebasan, pendidikan belanda yang mengusung materialisme dan sekulerisme dalam praktiknya dirasakan umat Islam sangat merugikan dan meniadakan inti ajaran Islam yang syarat dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan. Disparitas santri di pesantren dan siswa siswi di pendidikan sekuler kolonial membuat segregasi dan perpecahan di kalangan umat Islam indonesia bahkan di tataran bangsa dan negara, inilah politik devide et impera yang paling keji yang pernah belanda lakukan. Untuk menutup jurang inilah PII hadir ke alam nusantara. Semangat persatuan dan karya bhakti sejak awal telah menjiwai segenap airan darah pergerakan pelajar Islam Indonesia ini. Maka seiring dengnan perjalanan sejarah nanti kedua semangat inilah yang membuat pergerakan pelajar ini tetap mampu hidup dalam setiap rezim kuasa,
Pesan yang saya maksud untuk generasi sekarang adalah sangat sederhana sebenarnya, persatuan dan karya bhakti. Pesan ini sudah sering kita dengar dan sudah seringpula kita abaikan dan lupakan dalam setiap dinamika zaman, dokumen tafsir azasi ini sungguh membuktikan kepada kita bahwa persatuan dan karya bhakti ala generasi 1950an letaknya bukan hanya pada lisan dan retorika melainkan pada tataran praktik dan menjadi sebuah prinsip hidup yang menyala nyala, misalkan diceritakan bahwa ketika Gubernus Aceh berkunjung kepada PB PII yang ada di Yogyakarta beliau berpesan agar pergerakan pelajar Islam bersatu dan bernaung dalam satu organisasi saja agar agenda perjuangan ummat Islam lebih mudah dicapai. Nasihat itu kemudian langsung dibuktikan dengan sikap dan tindakan dengan meleburnya organisasi Pelajar Islam Aceh kedalam PII, lantas kemudian diikuti oleh GPII dan pelajar Islam Makassar. Fenomena ini sungguh sangat amat langka terjadi kini, untuk melebur meniadakan eksistensi dirinya (organisasi) saja  mungkin terlalu mustahil bahkan hanya karena perbedaan yang sepele saja langsung alih alih membuat organisasi tandingan untuk menyangingi organisasi yang telah ada, telah banyak kasus demikian terjadi pada ormas ormas dan parpol parpol, sekalipun berbasis Islam. Tafsir azasi ini mengajari kita kearifan dan kedewasaan perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu kita, mereka mampu mengubur egoisme eksistensi dan kepentingan pribadi lantas membangunkan kepentingan ummat, bangsa dan negara di atasnya. Terakhir ada satu statement cerdas yang dikutip dalam dokumen tafsir Azasi ini “Seorang Islam sudah tentu Nasionalis, namun seorang Nasionalis belum tentu Islam, membela Islam sudah otomatis membela negara namun membela negara belum tentu membela agama, karena itulah satukan perjuangan, ingat musuh akan lebih mudah memecah belah kita jika tidak bersatu”



7 Maret 2012, 19.18
Tempat dulu Pak Natsir Menyemai Kader Ummat
Dalam Tafakkur akan Kejahilan Diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar